*Resensi ini dimuat koran Tribun Jateng, Minggu 29 November 2015
Judul Buku : Namaku
Subardjo
Penulis : Hapsari
Hanggarini
Penerbit : Metamind
Cetakan : I, Juli
2015
Tebal : viii +
240 halaman
ISBN : 978-602-72834-0-4
Apalah arti sebuah
nama. Kalau direnungi secara mendalam, ungkapan yang pernah dilontarkan oleh
William Shakespeare ini memang ada benarnya juga. Ya, apalah arti sebuah nama
jika nama yang tersemat dalam diri seseorang ternyata tidak mampu mencerminkan
perilaku yang baik dan terpuji yang dapat dijadikan keteladanan bagi orang
lain.
Setiap orangtua tentu akan berusaha mencarikan nama-nama
yang bagus sekaligus indah untuk putra-putrinya. Di antara alasannya adalah;
karena selain indah terdengar di telinga, nama juga diibaratkan doa. Jika nama
tersebut memiliki arti atau makna yang baik, maka diharapkan anak tersebut kelak
dapat tumbuh menjadi anak yang baik, anak berakhlak mulia yang berbakti kepada
kedua orangtua dan bermanfaat bagi nusa bangsa serta agama.
Namun realitanya, banyak orangtua hanya terfokus memilihkan
nama-nama yang bagus untuk anak-anaknya, sementara di sisi lain mereka lupa
dengan kewajiban yang lebih prioritas, yakni mendidik anak. Sehingga, ketika
anaknya tumbuh besar dan dewasa, ia tidak mampu menjadi anak yang baik seperti
nama yang telah diberikan oleh orangtuanya.
Novel berjudul “Namaku Subardjo” karya Hapsari
Hanggarini ini juga membahas tentang nama. Nama yang diberikan orangtua tapi tak
diinginkan oleh anaknya karena dianggap terlalu kuno, sehingga menimbulkan
banyak masalah di kemudian hari. Dikisahkan, Subardjo, tokoh utama yang memiliki
paras cukup menawan dalam novel ini, merasa hidupnya sial dan kurang beruntung gara-gara
ia memiliki nama yang tak ngepop dan jauh dari kata keren. Entah, ia
juga tak tahu, apa sebenarnya alasan orangtuanya dulu memberikan nama “jadul”
dan “ndeso” itu pada dirinya.
Kisah cintanya pun karam di tengah perjalanan gara-gara Priscilla,
gadis cantik yang selama ini menjadi pacarnya, langsung merasa ill feell
sekaligus malu ketika suatu hari mengetahui nama asli pacarnya adalah Subardjo.
Sungguh, sangat bertolak belakang dengan namanya sendiri yang sangat ngepop
dan kebarat-baratan; Priscilla Catherine Olivianti. Maklum, selama ini ia hanya
mengetahui nama panggilannya saja, yaitu Jojo (hal 18-22).
Beruntung, Jojo memiliki Dina, adik perempuan yang baik,
yang selalu siap menemani dan menghiburnya. Kedua kakak beradik ini adalah peranakan
campuran keluarga dari kota
Brebes dan Sidoarjo. Ibu berasal dari Sidoarjo, Bapak dari Brebes. Tinggal dan
besar bersama orangtua yang berprofesi sebagai juragan telur asin di kota Brebes, membuat jiwa
wirausaha keduanya telah tumbuh sejak kecil.
Bahkan, kedua orangtua Jojo dan Dina lantas mengembangkan
bisnis tersebut hingga ke luar kota, yakni Jakarta. Ketika Jojo
lulus SMA, ia diminta orangtuanya untuk melanjutkan bisnis telur asinnya di Jakarta sembari kuliah. Begitu
juga dengan Dina. Ia diminta orangtuanya untuk menemani sekaligus membantu
bisnis kakaknya di Jakarta
sembari melanjutkan sekolah (hal 31-33).
Di Jakarta, bisnis telur asin yang dikelola Jojo dan
adik perempuannya berkembang cukup pesat. Di tengah kesibukan Jojo berbisnis
dan merampungkan skripsi, berbagai kejadian baik suka dan duka pun mewarnai
kehidupannya. Setelah gagal dalam urusan asmara, tiba-tiba Rudy, salah satu
pegawai Jojo, menawarinya agar ikut mendaftar jadi caleg di salah satu partai baru,
yang konon memiliki misi mulia; memperjuangkan hak-hak rakyat. Akhirnya, Jojo yang
sama sekali tak memiliki bakat jadi petinggi itu pun luluh dengan rayuan Rudy,
pemuda yang memang sangat lihai bersilat lidah dan merayu itu.
Novel yang menjadi juara harapan pertama, dalam “Lomba
Menulis Novel Remaja” bertema “Seberapa Indonesiakah Dirimu?” ini cukup
menarik, penuh intrik dan kritik sosial, sekaligus dibumbui kejadian-kejadian
konyol yang akan membuat pembaca tersenyum geli saat membacanya. Tak lupa, perilaku
kotor dan licik yang biasa dilakukan oleh para petinggi saat musim Pemilu pun
disindir dengan sangat lantang dalam buku ini.
***
*Penulis lepas bermukim di Kebumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar