*Resensi ini dimuat koran Radar Sampit, Minggu 7 Februari 2016
Judul Buku : Tewasnya
Gagak Hitam
Penulis : Sidik
Nugroho
Penerbit : Gramedia
Cetakan : I, 2016
Tebal : 248 halaman
ISBN : 978-602-03-2429-6
Akhir-akhir ini,
fenomena bunuh diri di berbagai belahan dunia, termasuk salah satunya di negeri
ini, memang kian marak saja. Bila dirunut, ternyata ada banyak faktor yang
menyebabkan seseorang nekat melakukan aksi yang sangat dilarang keras oleh
syariat Islam ini. Misalnya, karena faktor ekonomi (kemiskinan), gangguan
kejiwaan (tekanan batin), putus asa menghadapi penderitaan hidup, dan lain
sebagainya.
Sebagaimana kita
ketahui, kematian (sebagaimana kehidupan) manusia adalah rahasia Tuhan.
Artinya, hanya Tuhan yang berhak menentukan seberapa panjang atau pendek usia
makhluk ciptaan-Nya. Oleh karenanya, Tuhan melarang keras hamba-Nya melakukan
aksi bunuh diri. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran, Surat An-Nisa ayat 29, “Dan
janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu”.
Novel Tewasnya
Gagak Hitam ini berkisah tentang seorang pria bernama Elang Bayu Angkasa,
seorang pelukis yang merasa sangat penasaran ingin mengungkap kasus bunuh diri
yang menimpa seorang pengarang dengan nama pena Gagak Hitam, di dalam kamar
kosnya. Semua bermula ketika Elang tengah duduk santai di warung kopi
langganannya. Rasa penasarannya langsung membuncah saat membaca berita di
sebuah koran berjudul “Pengarang Tewas Gantung Diri”. Ia merasa, baru kali ini
ia menjumpai berita tentang seorang pengarang yang nekat bunuh diri (hal 7).
Bersama Pak Effendi
dan Pak Agung, dua polisi yang berdinas di Kota Singkawang, Elang pun berusaha
menyelidiki kasus bunuh diri yang menimpa Gagak Hitam (hal 26). Ternyata, bukan
hal mudah mengungkap kasus bunuh yang sangat minim bukti-bukti yang mendukung
tewasnya pengarang misterius itu. Gagak Hitam, menurut cerita ibu kos adalah
sosok yang sangat pendiam dan tak pernah mau menyebutkan nama aslinya (hal 38).
Di saat kasus bunuh diri Gagak Hitam tak
kunjung terungkap penyebabnya, sebuah berita mengejutkan datang dari ibu kota.
Dokter Nina Sekarwati, salah satu dokter anak di Rumah Sakit Harapan Kita, yang
sedang dalam kondisi hamil ditemukan tewas mengenaskan tergantung seutas tali
di kamarnya. Dari hasil visum, ada kandungan racun mematikan di dalam darahnya.
Ini artinya, ia diduga bukan mati bunuh diri. Yang mengejutkan adalah sebuah
kalimat di tembok kamarnya yang ditulis dengan menggunakan lipstik; Merpati
Putih Menyusulmu (hal 65-66).
Usut punya usut, ternyata
kasus tewasnya Dokter Nina berkaitan erat dengan kasus bunuh diri yang menimpa
Gagak Hitam. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya nota surat pos di laci meja
kamar Gagak Hitam, ditujukan kepada Dokter Nina yang berdomisili di Jakarta.
Setelah ditelusuri, akar permasalahan yang menjadi faktor penyebab bunuh diri
sekaligus pembunuhan berencana itu adalah perselingkuhan yang sangat rumit.
Bagaimana tidak? Dokter Nina yang telah lama mendambakan
kehadiran buah hati nekat melakukan perselingkuhan hingga mengandung dengan
Gunawan, nama asli pria berinisal Gagak Hitam tersebut. Di sisi lain, Yogi, pebisnis
sukses suaminya, juga berselingkuh dengan Dokter Bunga yang merupakan sahabat
karib Dokter Nina. Melihat sang istri mengandung dengan pria lain, Yogi
meradang dan menyuruh istrinya agar menggugurkan kandungan. Karena Dokter Nina
bersikukuh mempertahankan kandungannya, lantas Dokter Bunga pun dimanfaatkan
Yogi untuk meracuni sahabatnya sendiri. Sementara Gunawan memilih kabur ke
Singkawang dan memutuskan bunuh diri karena merasa malu aibnya terbongkar
publik (hal 219).
Alur cerita novel
ber-genre thriller ini cukup mengalir, menarik, diwarnai adegan seru dan
menegangkan. Ending yang sengaja dibuat menggantung membuat pembaca merasa
penasaran dan menunggu penulisnya agar segera membuat sekuelnya. Novel yang
dikhususkan untuk pembaca ‘Dewasa’ ini menyelipkan pesan penting; bahwa harta
kekayaan bukanlah jaminan kebahagiaan seseorang dan bunuh diri bukanlah cara yang
tepat untuk mengakhiri problema kehidupan.
***
*Penulis lepas, bermukim di Kebumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar