Rabu, April 09, 2014

Kiat Menjadi Ayah Idaman Keluarga




         Ayah merupakan sosok panutan bagi istri dan anak-anaknya. Perilaku seorang ayah ibarat sebuah cermin yang secara tidak langsung akan ditiru oleh anak-anaknya. Jika perilaku kesehariannya kental dengan hal-hal yang kurang baik, maka tidak menutup kemungkinan anak akan menirukan hal yang pernah dilakukan oleh ayahnya.
            Ayah adalah sosok figur bagi anak-anaknya. Sehingga sangat penting untuk memberikan keteladanan dan melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan rasa bangga di dalam diri anak-anaknya. Bahkan, seorang ayah juga dituntut harus mampu membuat anak-anak merasa nyaman dan aman ketika berada di sisinya. Itulah beberapa ciri dari sosok ayah idaman keluarga.
            Ayah idaman adalah sosok yang mampu membimbing anak-anaknya dengan penuh kasih sayang, cinta, kebijaksanaan, bertanggung jawab, serta memenuhi kewajiban-kewajibannya sebagai seorang ayah seperti mencari nafkah untuk keluarga. Berbicara realitas, ternyata masih banyak sosok ayah yang belum mampu menjadi ayah idaman bagi keluarganya. Tak jarang seorang ayah malah justru gemar melakukan tindak kekerasan kepada istri atau anaknya. Misalnya, anak dipukul, ditelantarkan, bahkan yang miris dan tragis ada seorang ayah yang tega memperkosa anak kandungnya sendiri (hal 11-12).
            Dunia ayah pada umumnya memang lebih banyak dihabiskan di luar rumah untuk mencari nafkah keluarga. Tetapi meskipun demikian, bukan berarti ayah tidak peduli dan tidak memiliki kedekatan dengan anak-anaknya. Justru, kepulangannya dari tempat kerja dapat dijadikan sebagai sarana kedekatan. Seorang ayah dapat meluapkan segala kerinduan terhadap anak dan istri sesampainya di rumah. Sangat penting bagi seorang ayah untuk membangun kedekatan dan ikatan emosional dengan anak ketika sudah kembali ke tengah-tengah keluarga. Sebab kedekatan anak dengan ayah akan sangat berpengaruh terhadap perkembangannya, terlebih jika anak masih dalam usia dini.
            Agar dapat menjadi ayah yang baik, tentu harus bisa mengambil contoh dari ayah-ayah teladan lainnya yang bisa jadi adalah tetangga terdekat atau salah satu teman sendiri. Belajar dari kisah pengalaman orang lain adalah salah satu kunci untuk menjadi ayah yang baik. Mendidik anak bukan hanya tugas seorang ibu, melainkan menjadi tugas ayah juga. Dalam sebuah keluarga, ayah adalah sosok yang berperan sebagai penuntun bagi anaknya agar dapat bekerja dan berpikir secara logis (hal 24-27).
            Saat ini, pergaulan anak-anak remaja di luar rumah, bisa dikatakan sangat bebas sehingga rentan bagi seorang anak untuk terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak baik. Pergaulan anak-anak seharusnya mendapat pantauan dari orang tua, khususnya ayah, meskipun tidak secara langsung. Biasanya, anak perempuan ketika diberi kelonggaran oleh ayahnya untuk keluar malam, terkadang terbersit dalam benaknya untuk memanfaatkan kelonggaran tersebut dengan pulang agak sedikit malam.
            Dalam hal ini, orang tua harus menegur dan memberikan nasihat bijak. Begitu juga dengan anak laki-laki. Orang tua jangan terlalu memberikan kebebasan pada mereka. Berikan mereka pemahaman tentang nilai-nilai agama sejak usia dini. Beri ketegasan dan konsekuensi yang harus ditanggung jika suatu ketika anak melakukan hal-hal yang tidak baik. Hal ini penting diterapkan agar anak sadar dan mudah diarahkan ke jalan yang lebih baik (hal 44-46).
            Rasa sayang seorang ayah terhadap anak-anaknya tidak harus berbentuk materi. Jangan terlalu menuruti segala kemauan mereka sebab akan membuat mereka menjadi anak manja. Banyak sekali dampak buruk yang akan terjadi jika orang tua terlalu memanjakan anak-anaknya dengan limpahan materi. Misalnya, anak akan tumbuh menjadi pribadi penakut, tidak mandiri, selalu ketergantungan dengan orang lain, dan lain sebagainya.
            Cinta seorang ayah terhadap anak-anaknya tidak bisa dibuat-buat. Ketika cinta sudah tertanam dalam hati, tentu perhatian serta kasih sayangnya pada keluarga akan muncul dengan sendirinya setiap saat. Sebaliknya jika dipaksakan, hanya akan melahirkan sisi ketidakharmonisan dan kurangnya rasa bahagia dalam kehidupan anak. Menghadirkan cinta tak menuntut seorang ayah untuk selalu mengeluarkan uang banyak. Perhatian-perhatian kecil yang kerap ditunjukkan ayah kepada anak dapat menjadi modal awal untuk melakukan hal terbaik bagi keluarganya (hal 88-89).
            Seorang ayah juga harus bisa menjadi penengah yang baik ketika anak-anaknya sedang tidak akur. Penengah yang dimaksud di sini adalah berusaha membuat keputusan terbaik untuk semua, bukan memihak salah satunya. Dengan begitu, anak-anak tidak merasa diperlakukan secara diskriminatif atau istilahnya ‘pilih kasih’ (hal 96-97). 
            Buku setebal 180 halaman ini mendedah tentang segala hal yang seharusnya dilakukan sekaligus dihindari oleh seorang ayah. Salah satu kesalahan fatal sekaligus kegagalan seorang ayah dalam sebuah keluarga adalah selalu menilai dirinya lebih baik dibandingkan anak-anaknya.
***

Judul Buku      : Ayah Pintar, Ayah Idaman
Penulis             : Mio Sechona
Penerbit           : Flash Books
Cetakan           : I, Januari 2014
Tebal               : 180 halaman
ISBN               : 978-602-255-339-1




*Resensi ini juga diposting di Kompasiana:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar