Rabu, Juli 16, 2014

Cerita Sukses Pebisnis Penerbitan

Buku berjudul “Andai Aku Jalan Kaki, Masihkah Kamu Selalu Ada Untukku?” berisi catatan-catatan perjalanan penulis, berdasarkan pengalaman-pengalaman pribadi yang pernah ia alami, pengalaman orang lain, hikmah atas bacaan, bisikan, gosip dan lain sebagainya. Ragam tema yang ditulis mengindikasikan bahwa buku ini bisa sedikit mewakili realitas hidup manusia sehari-hari.
Perjalanan panjang penuh liku dan onak duri yang pernah dialami penulis benar-benar kaya akan inspirasi. Sekadar pembaca tahu, Edi mulyono, penulis yang lahir di Sumenep Jawa Timur ini, mengawali kariernya sebagai penulis cerpen. Cerpen pertamanya dimuat di sebuah koran lokal terbitan Yogyakarta, pada 10 Maret 1996 silam. Dan hingga sekarang ia telah menciptakan ribuan cerpen dan sejumlah buku.
            Sejarah hidup penulis cukup berliku dan mengharukan. Bayangkan, berbekal cincin emas seberat 5 gram yang ia beli dari honor cerpennya, ia menikah pada 1 Desember 2000. Ia menjalankan bahtera rumah tangganya secara mandiri dan cukup memprihatinkan, sembari merintis bisnis kecil-kecilan yang bergerak di bidang ‘publishing’. Perlahan tapi pasti, ia mulai kebanjiran order untuk mencetak berbagai jenis buku. ‘Bersikap amanah’ menjadi komitmennya dalam menjalankan roda bisnis. Dan setelah lebih dari 10 tahun, bisnis publishing-nya yang semula kecil, kini berubah menjadi salah satu penerbit di Yogyakarta yang cukup terkenal. DIVA Press Group, adalah nama penerbit yang ia kelola hingga kini.
            “Pohon kalau masih rindang daunnya, semua orang ingin berteduh di bawahnya. Namun jika sudah meranggas, rontok daunnya, jangankan berteduh, bahkan semua ingin menebang, setidaknya untuk dijadikan kayu bakar”. Itulah sederet kalimat yang pernah diucapkan almarhum kakek si penulis, yang tak pernah bisa lekang dari memori ingatannya. Ketika seseorang sedang berjaya, memiliki segunung harta dan hidup dikelilingi kemewahan, maka bisa dipastikan banyak orang yang ingin menjadi teman dekatnya. Namun, ketika ia sedang terpuruk berkalang kemiskinan, semua teman dekat yang dulu pernah memuja dan selalu menyediakan waktu untuknya, mendadak hilang tanpa jejak (halaman 11-19).
            Tentu Anda sangat sepakat bila memaafkan kesalahan orang lain adalah termasuk sikap yang sangat mulia. Ya, karena Tuhan adalah maha pemaaf segala kesalahan setiap hamba-Nya. Sifat Tuhan itulah yang secara tak langsung mengajarkan hamba-Nya untuk menjadi insan pemaaf dan murah hati. Namun kenyataannya, ternyata bukan hal mudah untuk memberikan maaf, meskipun orang yang berbuat salah kepada kita telah berulang kali memohon maaf. Ironisnya lagi, terkadang kita dengan begitu mudah menuduh orang lain berbuat salah, padahal bisa jadi itu hanya sebuah kesalahpahaman yang semestinya harus segera diklarifikasi (halaman 29-43).
            Setiap orang sangat dekat dengan potensi berbuat salah dan khilaf. No body perfect. Memang benar, tidak ada manusia sempurna di muka bumi ini. Kita, secara tidak langsung, kerap menghakimi, memojokkan, menyalahkan dan mencaci maki orang lain ketika terbukti melakukan kesalahan. Kita terkadang merasa enggan untuk mencari tahu, apa sebenarnya yang menjadi sumber penyebab seseorang melakukan kesalahan. Tetapi, meskipun begitu, bukan berarti dengan mengatasnamakan “no body perfect” kita lantas gampang jatuh ke kubang kesalahan yang sama. Dan yang pasti, pada hakikatnya, setiap kesalahan pasti mengandung hikmah dan pelajaran berharga agar kita bisa lebih berhati-hati dan berusaha menjadi manusia yang lebih baik di kemudian hari (halaman 66-76).
            Mensyukuri segala nikmat Tuhan terbukti menjadi kunci penenang jiwa manusia. Pada bab ini, penulis memaparkan kisah seorang wanita yang demi mempercantik fisiknya, ia rela melakukan apa saja meskipun harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal. Beragam terapi kecantikan ia lakoni, mulai suntik silicon di bagian-bagian tubuh tertentu, rebonding, pasang tato, dll. Hingga suatu ketika, ia pun menyadari, bahwa kecantikan fisik yang berhasil diperolehnya sebenarnya semu. Parahnya, ia tak mampu membayar biaya terapi kecantikan rutin itu hingga menyebabkan seluruh tubuhnya rusak parah (halaman 100-114).          
            Masih ada sederet catatan-catatan perjalanan menarik yang bisa Anda baca di dalam buku yang ditulis dengan bahasa lugas, ringan tapi berisi, dengan harapan agar bisa dipahami oleh semua kalangan. Menariknya lagi, penulis juga membumbuinya dengan banyolan-banyolan segar tapi nyelekit.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar