Jumat, Juli 11, 2014

Meraih Cita-cita Sesuai Passion



            Setiap orang, tentu memiliki cita-cita yang ingin diraih dalam hidupnya. Rasa-rasanya, sungguh sangat mustahil bila ada orang di muka bumi ini yang menjalani hidup tanpa cita-cita. Namun, yang menjadi persoalan adalah, tidak setiap orang memiliki keberanian meraih cita-citanya dengan dalih merasa tidak mampu untuk meraihnya. Ironisnya, banyak orang yang memiliki potensi bagus, tapi tidak mau menggalinya dan memilih terjebak pada rutinitas pekerjaan yang menjemukan yang bukan merupakan passion-nya.
            Arti passion di sini lebih dari sekadar minat. Passion adalah kegembiraan dan kepuasan atas apa yang kita lakukan. Passion adalah sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, tulus, dan tanpa paksaan dalam menjalaninya. Passion adalah ketika seseorang mengerjakan hal yang relatif sama secara berulang dan konsisten, tapi ia tidak pernah merasa bosan melakukannya. Dan masih ada sederet definisi passion yang diulas penulis dalam buku ini, (hal 37-38).
            Di antara ciri orang yang belum menemukan passion-nya dapat dilihat dari aktivitas yang mereka kerjakan. Lihat saja raut wajahnya. Mereka yang bekerja dengan keterpaksaan pasti jarang sekali tersenyum. Kalaupun tersenyum dapat dengan mudah dibedakan antara senyum yang tulus dan yang tidak tulus, (hal 39).
Jika ditelisik, sebenarnya banyak sekali profesi di dunia ini yang dapat diraih oleh setiap orang. Sayangnya, tidak banyak profesi yang sesuai dengan jiwanya. Sehingga profesi tersebut dijalaninya dengan penuh keterpaksaan sehingga hidupnya pun jauh dari rasa nyaman, bahagia, dan berujung pada rasa stres berkepanjangan. Buku berjudul ‘Aku Mau Jadi Apa?’ akan membantu pembaca menggali profesi yang paling tepat dengan keinginan sekaligus kemampuan masing-masing.
            Setiap orang terlahir dengan membawa ‘kekurangan’. Tetapi di sisi lain, Tuhan menganugerahkan ‘kelebihan’ pada tiap hamba-Nya. Tugas setiap orang adalah berusaha menggali dan mengeksplor ‘kelebihan’ tersebut agar ‘kekurangan’ yang ada dalam dirinya tertutupi. Tukul Arwana, presenter Bukan Empat Mata di sebuah stasiun televisi swasta, merupakan sosok yang memanfaatkan kelebihan yang ada dalam dirinya di tengah kekurangan yang ia miliki. Ia sangat menyadari dengan raut wajahnya yang tidak tampan, berasal dari orang ndeso, katroh dan bukan dari keturunan keluarga kaya-raya. Namun, ia memunyai kelebihan yang jarang dimiliki orang lain.
            Ia merasa dirinya gemar bercanda dan modal inilah yang kemudian digali dan dikembangkannya sehingga kini ia berhasil menjadi presenter sekaligus pelawak sukses yang laris manis tampil di berbagai stasiun televisi swasta. Kariernya di jagat hiburan dari hari ke hari pun terus melesat, (hal 15-16).
            Salah satu cara mengetahui talenta yang ada dalam diri adalah dengan cara mengikuti berbagai macam tes kepribadian (psikotes). Mungkin sebagian orang sudah pernah ada yang melakukan. Bagi yang belum, dalam buku ini akan dipaparkan cara-caranya. Misalnya, buatlah daftar di sebuah kertas tentang berbagai ‘kelebihan’ dan ‘kekurangan’ menurut pandangan diri sendiri dan pandangan orang lain. Tuliskan juga daftar hal-hal yang paling senang dikerjakan dan hal-hal yang tidak senang dikerjakan. Hal paling disenangi inilah yang nantinya dijadikan pondasi meraih cita-cita, (hal 47-55).
            Mengapa setiap orang, sebaiknya, melakukan pekerjaan sesuai hobi dan profesinya? Terkait hal ini, penulis memaparkan secara detail. Hobi merupakan aktivitas yang sangat menyenangkan dan dilakukan secara berulang-ulang. Misalnya, ada orang yang sangat senang sekali memasak, maka setiap hari ia berusaha untuk membuat aneka jenis masakan dan ia merasa senang dan tak pernah bosan melakukannya.
            Pekerjaan (job) merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan dan akan mendapatkan kompensasi ketika pekerjaan tersebut berhasil diselesaikan. Suka atau tidak, setelah seseorang menyelesaikan tanggung jawab pekerjaan, maka ia berhak atas gaji, honor atau bonus yang telah dijanjikan pimpinan. Dengan kata lain, bekerja merupakan bentuk menukar waktu, tenaga dan pemikiran dengan upah yang diterima. Jadi, jika seseorang datang ke kantor pukul 08.00 dan pulang pukul 17.00 tapi ketika melakukannya tidak ada jiwa atau kesenangan, berarti apa yang ia kerjakan hanya sebatas menjalankan rutinitas untuk menggugurkan kewajiban.
            Profesi, memiliki makna janji atau ikrar untuk memenuhi sebuah tugas. Profesi merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan seseorang yang memiliki keahlian, keterampilan, atau pendidikan tertentu. Tentu saja dari aktivitas tersebut ia akan memerolah kompensasi materi yang sesuai. Jika, misalnya, ada orang yang menjadi tukang servis elektronik, apakah pekerjaan tersebut bisa dikategorikan sebuah profesi? Ya, bisa disebut profesi, dengan catatan ia memiliki keterampilan dan menguasai apa yang dikerjakan dengan rasa tanggung jawab. Orang yang dapat mengerjakan sebuah profesi dengan baik, maka itu disebut profesional, (hal 75-76).
            Buku motivasi ini patut diapresiasi dan layak dijadikan bacaan bermutu untuk membantu para pembaca, khususnya anak-anak muda Tanah Air, menemukan profesi yang sesuai dengan passion-nya masing-masing.
***

Judul Buku      : Aku Mau Jadi Apa?
Penulis             : Rusydan Ubaidi Hamdani
Penerbit           : Transmedia, Jakarta
Cetakan           : II, 2013
Tebal               : vi + 190 halaman
ISBN               : 978-979-799-253-8

*resensi ini dimuat di Wisata-Buku.com:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar