*Resensi ini dimuat di Koran Harian Analisa, Rabu, 13 April 2016.
Judul Buku : Orangtuanya
Manusia
Penulis : Munif
Chatib
Penerbit : Kaifa
Cetakan : I, Mei 2015
Tebal : xxiv +
216 halaman
ISBN : 978-602-7870-92-5
Seorang anak
terdiri dari dua dimensi; jasmani dan ruhani. Kedua dimensi ini sama pentingnya
bagi tumbuh dan berkembangnya anak. Tugas orangtua adalah memperhatikan kedua
dimensi ini dan memenuhinya secara adil. Jangan sampai orangtua terjebak hanya
memperhatikan anak dari satu dimensi saja, yakni dimensi jasmani, dan
mengenyampingkan dimensi ruhani yang juga tak kalah prioritasnya.
Dalam ilmu
psikologi perkembangan, juga terdapat dua dimensi dalam diri seorang anak;
fisiologi dan psikologi. Fisiologi melihat perkembangan anak pada sisi jasmaninya;
fisik dan sel-sel otot yang akan membentuk kematangan fisiknya. Sementara sisi psikologi
melihat perkembangan anak pada kehidupan masyarakat yang mengarah ke
perkembangan mental, daya nalar (kognitif), perasaan (afektif), dan aktivitas
(motorik). Kedua dimensi ini saling berkaitan erat dan tak boleh timpang
sebelah (hal 2).
Orangtua dan para
guru harus berusaha memberikan perhatian serius pada faktor tumbuh kembang anak
secara fisik dan psikis sejak usia dini. Khususnya ketika anak memasuki masa golden
age (usia emas). Menurut Munif Chatib, penulis buku ini, pada minggu
pertama kehamilan seorang ibu, mulai berlangsung masa golden age bagi si
janin (jadi tidak tepat jika ada yang mengatakan masa golden age dimulai
ketika bayi sudah terlahir).
Kesimpulannya, usia
anak 0 – 8 tahun disebut usia emas atau golden age. Pada usia 8 tahun, kinerja
otak anak akan mengalami perkembangan hingga mencapai 80% dan selanjutnya akan
mencapai 100% saat usianya telah mencapai 18 tahun. Masa golden age bagi
seorang anak ibarat fondasi pada sebuah bangunan rumah. Jika fondasi tersebut
dibangun dengan konstruksi besi yang kukuh dan kuat, menggunakan semen
berkualitas, serta pasir dan kerikil terbaik, maka rumah tersebut akan berdiri
tegak dan kokoh meskipun rumah tersebut memiliki beberapa tingkat. Sebaliknya,
jika fondasi tersebut rapuh dan tidak terbangun dengan baik, maka rumah
tersebut akan mudah roboh.
Di antara tugas
penting orangtua dan para tenaga pendidik (guru) adalah memberi perhatian yang
serius pada faktor tumbuh kembang anak, baik secara fisik maupun psikis,
terutama ketika anak berada dalam masa golden age. Jika orangtua gagal
memberikan stimulus yang tepat, artinya hanya membangun fondasi ala kadarnya
untuk buah hati tercinta, maka ketika anak telah menginjak usia remaja hingga
dewasa, anak layaknya sebuah bangunan rumah dengan fondasi rapuh. Ini artinya,
jika sewaktu-waktu anak berhadapan dengan masalah, ia akan mudah merasa
pesimis, putus asa, dan tak memiliki semangat menghadapi dan menyelesaikannya.
Bahkan, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang malas untuk berkarya atau
mengembangkan potensinya (hal 14).
Sering kali
orangtua lupa bahwa disiplin adalah “akibat” dari tegaknya peraturan, sehingga
orangtua kerap mengatakan bahwa anaknya tidak disiplin. Padahal kenyataannya
anak tak pernah dikenalkan aturan tentang kedisiplinan. Jadi, kedisiplinan itu
merupakan “kelanggengan” saat anak kita mematuhi peraturan yang sudah ia
pahami. Jika tidak diawali dengan peraturan yang telah dijelaskan terlebih
dahulu pada anak, seyogianya orangtua jangan mudah memberi label bahwa anak
mereka tidak disiplin.
Cara mendisiplinkan
anak, sebagaimana diulas dalam buku ini, misalnya dengan cara learning by
doing dan learning by example. Artinya, anak akan mematuhi peraturan
yang sudah dipahami dengan cara diajak bersama-sama melakukannya dengan
orangtua mencontohkannya terlebih dahulu. Misalnya, orangtua membuat peraturan
tentang bangun pagi untuk shalat Shubuh. Cara paling efektif agar peraturan
yang telah disepakati berhasil diterapkan adalah; orangtua harus membangunkan
anak, mengajak berwudhu, dan melaksanakan shalat Shubuh bersama (hal 38-39).
Buku ini menarik dan dapat dijadikan buku pegangan untuk
membantu orangtua membimbing dan mendidik anak-anaknya dengan bijaksana (direview oleh: Sam Edy Y).
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar