Judul
Buku : Pelangi Musim Semi
Penulis : Rizki Affiat
Penerbit
: Bunyan
Cetakan
: I, 2013
Genre
: Novel Islami
Tebal
: vi + 378 halaman
ISBN : 978-602-7888-69-2
Novel islami bernuansa epik ini bercerita tentang
pergolakan batin seorang pemuda bernama Omar Khaled yang terjebak dalam perasaan
cinta kepada gadis kulit putih yang berbeda keyakinan dengannya. Sementara di
sisi lain, jiwanya merasa tergugah untuk mengunjungi Deir Yassin, Palestina, tempat
kelahiran sang kakek yang penuh dengan aroma peperangan, luka, dan air mata.
Kepergian Omar Khaled menuju Amerika Serikat untuk
melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Harvard adalah sebuah pilihan penting
dalam hidupnya. Dulu, ia adalah sarjana Ilmu Politik dari Universitas
Indonesia. Kedua orangtuanya berasal dari Bandung namun ia lahir dan hidup di
Jakarta. Ayahnya seorang mantan diplomat sementara ibunya pernah bekerja di
United Nation Development Program.
Omar adalah lulusan terbaik, ditambah sederet prestasi
akademis dan keorganisasian, sehingga bukan hal sulit baginya untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi terkemuka di Amerika Serikat dengan beasiswa penuh
Fulbright. Omar banyak menjalin relasi sejak tahun pertamanya di Amerika
Serikat. Ia bergabung dalam kelompok dan perkumpulan masyarakat Islam di sana,
juga menjalin relasi dengan warga Indonesia yang bermukim di sana.
Adalah Anais Sulver, gadis Amerika yang mampu menawan hati
Omar. Pertemuannya dengan Anais yang secara tak sengaja di Taman Boulevard
rupanya menjadi pertemuan perdana yang sangat mengesankan, meski hanya bertatap
muka dari kejauhan dan tanpa mengucap sepatah kata, apalagi saling bertegur
sapa.
Dan keakraban pun akhirnya dapat terjalin seperti air
sungai yang mengalir ketika mereka berada satu tim dalam riset kampusnya.
Kehadiran Anais waktu itu mampu menghibur jiwa Omar di tengah aktivitasnya yang
cukup padat. Dan Omar merasa surprise sekaligus tertolong ketika Anais
menawarkan diri menjadi asisten untuk membantu mengerjakan tesisnya.
Kedekatan Omar dan Anais menumbuhkan perasaan suka yang
mengalir apa adanya tanpa dikuasai oleh hawa nafsu. Anais yang sebelumnya
terbiasa hidup bebas, tapi begitu mengenal sosok Omar, ia perlahan mulai
mengubah cara berpikirnya. Tentu saja Anais dan Omar sangat menyadari bahwa
perasaan cinta yang tumbuh bersemi dalam hati itu tak akan mungkin bisa
dipersatukan dalam sebuah bingkai pernikahan. Itulah yang menjadi alasan mereka
tidak pernah membahas isi hati masing-masing.
Anais bahkan bertekad
akan tetap menjaga perasaan cintanya pada Omar meski untuk hidup bersamanya
adalah sebuah kemustahilan. Anais hanya ingin mencintai tanpa memiliki, sebuah perasaan
tulus meski sungguh bukan hal mudah dalam menjalaninya. Ia benar-benar mampu
menjaga perasaannya hanya untuk Omar meski pada waktu bersamaan ia
dikejar-kejar oleh Steve, lelaki yang sangat menyukainya yang adalah sepupu
Travis, teman karib Anais.
Sementara itu, di sisi lain Omar terus digelayuti rasa
gelisah bahwa di Indonesia ia telah ditunggu oleh Rana, gadis yang telah lama
diharapkan kedua orangtuanya sebagai calon istrinya. Belum lagi hasrat Omar
yang begitu menggebu untuk segera mewujudkan impiannya mengunjungi tempat
kelahiran sang kakek di Palestina. Ia ingin sekali turut berjuang mengusir kaum
Israel yang telah lama berambisi ingin merebut negeri Palestina dan memusnahkan
seluruh rakyatnya.
Meski opening novel ini terasa sedikit
membosankan (karena pembaca langsung disuguhi deskripsi tentang latar belakang
tokoh dan setting lokasi yang cukup membuat dahi berkerut) tapi begitu pembaca sampai
pada bab-bab selanjutnya dan memahami jalan ceritanya, maka kita akan dibuat
penasaran untuk membacanya hingga tuntas.
Menurut saya cerita
dalam novel ini cukup memikat serta kaya akan referensi ilmu pengetahuan,
khususnya yang berkaitan dengan perjuangan rakyat Palestina dalam membela negara
dan agamanya. Perbedaan budaya dan toleransi hidup beragama, juga menjadi
bagian penting dalam novel ini. Penulis begitu lihai memilih diksi-diksi yang
pas sekaligus indah menyentuh hati,
membuat novel ini semakin terasa berkelas dan layak dibaca.
***
*Resensi ini dimuat di Wisata-Buku.com:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar