Penulis : Abdul Syukur al-Azizi
Penerbit : Saufa
Cetakan : I, Februari 2014
Tebal : 278 halaman
ISBN : 978-602-7695-49-8
Terdapat banyak pendapat mengenai
tempat Nabi Adam diturunkan ke bumi. Ia terpisah jauh dari Hawa, istrinya.
Sebuah riwayat menyatakan, ia diturunkan di India. Riwayat lain menyebutkan di
Sri Lanka. Sementara pendapat lain mengungkapkan ia diturunkan di Gunung
Everest, Himalaya (gunung tertinggi di dunia).
Namun, banyak juga yang meyakini,
bahwa Nabi Adam diturukan di Sri Lanka. Keyakinan ini diperkuat dengan
ditemukannya bekas jejak tapak kaki berukuran besar yang berada di Gunung
Sripada atau yang dinamakan Adam Peak, yang diyakini sebagai tapak kaki Nabi
Adam. The Adam Peak terletak sekitar 7359 kaki di atas permukaan laut (hal
15-16).
Tentang lamanya Nabi Adam terpisah
dengan Hawa pun terjadi perbedaan pendapat. Ada yang menyebutkan 500 tahun, 300
tahun, bahkan ada yang mengatakan hanya 40 tahun. Setelah saling mencari sekian
lama, atas petunjuk Allah Swt. dan bimbingan Malaikat Jibril, keduanya
dipertemukan di Jabal Rahmah, di Padang Arafah. Jabal Rahmah terletak di
sebelah timur Padang Arafah (sekitar 20 km dari pusat kota Mekkah).
Sesuai namanya, ‘jabal’ berarti
bukit atau gunung, dan ‘rahmah’ artinya kasih sayang. Dapat disimpulkan, bahwa
Jabal Rahmah adalah gunung kasih sayang yang menjadi tempat dipertemukannya
kembali nenek moyang manusia di muka bumi. Jabal Rahmah merupakan bukit berbatu
di bagian timur Padang Arafah, yang menjadi saksi abadi sejarah pertemuan Adam
dan Hawa setelah terpisah sekian lama setelah diturunkan oleh Allah dari surga
(hal 19-21).
Nabi Nuh adalah nabi ketiga,
keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ia diutus sekaligus menerima wahyu
kenabian dari Allah dalam masa fatrah (masa kekosongan di antara 2
rasul). Saat diutus, para manusia sudah mulai melupakan ajaran agama yang
dibawa oleh nabi sebelumnya. Mereka meninggalkan amal kebajikan dan kemudian
melakukan banyak kemaksiatan (hal 33).
Nabi Nuh berusaha keras meluruskan
umat manusia agar kembali ke jalan yang diridhoi oleh Allah. Siang malam ia
berdakwah tanpa kenal putus asa dan rasa lelah. Akan tetapi, kaumnya merasa enggan
untuk menerima segala petuah yang disampaikannya, bahkan mereka tidak memercayai
bahwa ia adalah utusan Allah. Hingga akhirnya, ia pun berdoa, memohon pada
Allah agar kaumnya yang suka menentang itu diberi azab.
Doa Nabi Nuh pun dikabulkan. Allah
menyuruhnya agar membuat sebuah perahu besar (bahtera) untuk persiapan jika
azab yang berupa banjir besar datang. Ia diperintahkan untuk membawa serta para
binatang secara berpasangan, baik binatang liar maupun yang jinak ke dalam
perahunya. Setelah semua siap dan para pengikut setia Nabi Nuh yang masih
tersisa beserta binatang-binatang itu naik ke atas perahu, maka turunlah hujan
yang begitu deras hingga menimbulkan banjir besar. Tak ada satu pun yang
selamat dari musibah banjir tersebut, kecuali mereka yang berada di dalam
perahu bersama Nabi Nuh.
Di pegunungan Ararat, Turki, para peneliti
meyakini sebagai tempat berlabuhnya kapal Nabi Nuh ketika banjir besar yang
menenggelamkan umatnya surut. Di atas Gunung Ararat di perbatasan Turki dan
Iran inilah, bahtera ditemukan pada ketinggian sekitar 2,515 dpl. (hal 33-38).
Selain kisah tentang Nabi Adam dan Nabi Nuh,
masih banyak kisah-kisah lain dari para nabi terdahulu beserta peninggalan
bersejarahnya, sekaligus kaum-kaum terdahulu yang akhirnya dibinasakan oleh
Allah akibat tak percaya dan menentang dakwah para nabi. Harapan penulis,
semoga buku ini dapat menjadi ibrah atau pelajaran bagi kita semua dan
semoga saja bukti-bukti arkeologis yang menunjukkan adanya kehidupan mereka
ribuan tahun silam, dapat membuat keimanan kita semakin tebal dan lebih
mendekatkan diri kepada-Nya.
***
*Cover buku
diambil dari koleksi Penerbit Diva Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar