Judul
Buku : ToBa Dreams
Penulis : TB Silalahi
Penerbit : Exchange
Cetakan : I, April 2015
Tebal : 260 halaman
ISBN : 978-602-72024-6-7
Tuhan telah menganugerahkan rasa cinta
ke dalam hati sanubari setiap manusia. Cinta merupakan bekal utama bagi setiap manusia
agar dapat mengarungi kehidupan ini dengan penuh harmoni yang pada muaranya nanti
akan tercipta perasaan saling menyayangi dan mengasihi terhadap sesama, bahkan
terhadap makhluk hidup lainnya.
Dengan cinta, manusia dapat melakukan
banyak kebaikan atau hal-hal positif. Kekuatan cinta memang begitu dahsyat, bahkan
mampu mengalahkan berbagai ujian yang tiada henti datang mengadang. Seperti
kisah cinta dalam novel ‘ToBa Dreams’ yang ditulis oleh Purnawirawan Jendral
ini. Cinta yang dirasakan Andini terhadap Ronggur mampu mengalahkan berbagai
rintangan terjal yang datang silih berganti.
Atas nama cinta, Andini yang sejak
kecil hidup dalam keluarga muslim, rela menanggalkan agamanya. Ia memilih
berpindah keyakinan demi pria pujaan hatinya. Ia bahkan rela diusir oleh
keluarganya dan kemudian menikah dengan Ronggur di salah satu gereja di tanah
kelahiran keluarga Ronggur.
Semua bermula ketika Sersan Tebe, ayah
Ronggur, bercita-cita setelah pensiun dari TNI akan segera pulang ke Tarabunga,
tanah kelahirannya yang berada di tepian Danau Toba. Dengan mengandalkan uang
pensiunan yang tak seberapa, ia ingin bermukim, berbaur dengan masyarakat
menjadi petani, sekaligus mengabdikan dirinya hingga akhir hayat di tanah
kelahiran. Ia berharap ketiga anaknya (Ronggur, Sumurung, dan Taruli)
sebagaimana dirinya, ikut mencintai tanah kelahiran dengan segala tantangan
yang sudah pasti akan dihadapinya. Sersan Tebe yakin, jika Danau Toba diurus
oleh orang-orang yang memberikan hatinya, niscaya tempat itu akan menjadi
tujuan wisata yang terkenal hingga ke mancanegara (hal 16).
Sebagai
anak sulung, Ronggur digadang-gadang dapat mewarisi ayahnya menjadi tentara. Atau
bila tidak, ayahnya ingin Ronggur kelak menjadi pendeta seperti sang kakek. Tapi
sayang seribu sayang, Ronggur merasa tak mewarisi bakat ayah dan kakeknya. Ia
lebih menyukai dunia bisnis. Dan, rencana Ronggur menekuni dunia bisnis bersama
teman-temannya gagal berantakan saat ayah memutuskan akan pulang dan mengabdi
di tanah kelahirannya. Tak hanya Ronggur, kedua adiknya, Sumurung dan Taruli
sebenarnya juga merasa enggan pulang ke kampung halaman yang terpencil, terlebih
selama ini mereka telah terbiasa hidup di kota besar seperti Jakarta. Namun,
kedua adiknya tak ada yang berani protes seperti dirinya yang suka membangkang
orangtua (hal 31-35).
Akhirnya dengan berat hati, Ronggur
pun memilih ikut pulang ke kampung halaman orangtuanya. Itu semua dilakukan
demi Kristin, ibu kandungnya yang terus membujuk dirinya agar sekali-sekali menuruti
kemauan sekaligus membahagiakan orangtua. Meski kerap menentang ayah, tapi sebenarnya
jauh di dasar lubuk hati Ronggur merasa bangga pada sosok ayah yang memiliki
hati lurus, tulus, jujur, anti korupsi, dan menjadi panutan anak buahnya.
Pulang ke kampung halaman benar-benar
menjadi mimpi buruk bagi Ronggur. Selain harus berpisah dengan teman-teman
dekatnya, ia juga harus berpisah dengan Andini, gadis yang sangat ia cintai. Hubungan
asmara yang telah terjalin selama 6 tahun dengan putri tunggal dari keluarga
ningrat itu pun semakin tak ada kepastian. Terlebih, sedari awal ayah Andini
menentang keras hubungan percintaan putrinya dengan Ronggur, yang tak selevel
dengan keluarga Andini yang kaya-raya. Ayah Andini justru menaruh harapan besar
pada Irwan, yang sama-sama berasal dari keturunan ningrat, untuk menjadi
pendamping hidup Andini. Sebenarnya, Irwan adalah sahabat SMP-nya Ronggur yang telah
lama memendam rasa suka pada Andini. Tapi, ketika Ronggur akhirnya jadian
dengan Andini, diam-diam Irwan menjauh dan menganggap Ronggur sebagai musuhnya.
Merasa tak betah tinggal di kampung
halaman yang sepi, akhirnya Ronggur kabur dari rumah dan kembali ke Jakarta. Ia
ingin mencari pekerjaan apa saja, asalkan bukan menjadi tentara atau pendeta
sebagaimana keinginan ayah. Selain itu, ia juga ingin melunaskan janjinya
bertemu kembali dengan Andini untuk memperjuangkan cinta mereka. Dan, betapa
Ronggur sangat kecewa saat tiba di rumah Andini, ia melihat gadis yang
dicintainya tengah bersama Irwan, anak pejabat bea cukai yang belum lama ini
baru pulang dari Amerika setelah menyelesaikan kuliahnya (hal 93).
Rupanya, tanpa Ronggur sadari, saat ia
berada di kampung halaman selama 7 bulan, Irwan menggunakan kesempatan itu
untuk mendekati Andini dan keluarganya. Kendati sempat terjadi kesalahpahaman,
namun akhirnya kisah cinta Andini dan Ronggur kembali bersatu. Berbagai upaya
dilakukan Ronggur untuk mendapatkan Andini. Bahkan ia sampai nekat terjun ke
dunia hitam, bergabung dengan komplotannya Bonsu, gembong narkoba tingkat internasional.
Ia terpaksa menerima tawaran Bonsu untuk bergabung bersama komplotannya setelah
ayah Andini menghina dirinya habis-habisan.
Begitu
juga Andini, ia pun sampai rela melepas status keislamannya demi bisa menikah
bersama Ronggur. Andini bersedia pindah agama setelah Ronggur berjanji akan
membimbingnya menjadi hamba yang taat beragama sesuai dengan keyakinan Ronggur
dan keluarganya yang beragama Kristen.
Namun
sayang, setelah menikah dan dikaruniai anak bernama Choky, kebiasaan buruk
Ronggur masih belum berubah. Ia tak mampu membimbing Andini dan putranya
menjadi penganut agama yang baik. Sementara di sisi lain, ia masih belum
sepenuhnya dapat terlepas dari jaringan Bonsu dan komplotannya. Hingga akhirnya
Andini bersama Choky memilih pergi dari rumah dan kembali memeluk agama yang
pernah ditinggalkannya. Andini terpaksa memberi jeda kepada Ronggur untuk
memperbaiki kelakuannya sebelum memutuskan kembali hidup bersamanya. Seiring
berjalannya sang waktu, Andini dan Choky mulai dapat diterima kembali oleh
keluarga yang dulu pernah mengusirnya.
Sederet
konflik masih terus mengiringi kisah cinta Ronggur dan Andini. Misalnya, ketika
Ronggur tak kuasa menolak permintaan Bonsu untuk menghabisi Jaksa Adil
Paramarto yang terkenal jujur dan adil dalam menegakkan hukum, ketika akhirnya
ia menjadi buronan polisi setelah menghabisi teman-teman komplotannya sendiri,
dan masih banyak konflik lain yang semakin membuat novel ini terasa menegangkan
dan memikat.
Novel
yang diterbitkan oleh penerbit Exchange dan telah diangkat ke layar lebar ini cukup
menarik dan sarat hikmah. Hikmah yang dapat kita petik di antaranya; pertama,
sebagai orangtua yang bijak, jangan sampai memaksakan kehendak pada anak-anaknya
karena setiap anak tentu memiliki cita-cita yang tak harus sama dengan
orangtuanya. Kedua, betapa negeri ini sangat kaya dengan tempat-tempat
wisata yang elok dan seharusnya dilestarikan bersama. Danau Toba misalnya.
Sersan Tebe, dalam novel ini, mengajak masyarakat di daerahnya agar senantiasa
peduli terhadap lingkungan, termasuk tidak mencemari kejernihan Danau Toba
dengan berbagai jenis sampah yang dibuang sembarangan.
Ketiga, kekayaan
bukanlah jaminan kebahagiaan. Terlebih jika kekayaan itu diperoleh melalui
jalan yang dimurkai Tuhan sebagaimana yang dilakukan Ronggur. Meski ia memperoleh
harta berlimpah dari berbisnis narkoba, namun jiwanya tak pernah merasa tenang,
selalu dihantui perasaan berdosa, terlebih saat menyaksikan seseorang meregang
nyawa akibat over dosis. Keempat, jangan sampai kita menggadaikan agama
hanya demi seseorang yang kita cintai. Terlebih jika kita sampai berpindah
agama tapi bukan karena panggilan jiwa, melainkan keterpaksaan. Sebagaimana
kita ketahui bersama, sesuatu yang dilakukan atas dasar keterpaksaan, pasti akan
menuai banyak konflik di kemudian hari, sebagaimana yang dialami Ronggur dan
Andini. Betapa sangat kecewanya Ronggur ketika melihat Andini dan putra semata
wayangnya yang masih kecil pada akhirnya lebih memilih agama Islam sebagai
pegangan hidup.
Dan
kelima, betapa dunia ini akan terasa indah dan penuh warna jika kita
mampu menghargai dan menghormati setiap perbedaan. Sebagaimana dicontohkan oleh
Sersan Tebe dan keluarganya. Ketika menyaksikan Andini, menantunya, kembali pada
keyakinannya yang lama (masuk Islam), mereka berusaha menghormati keputusan itu
dan masih sudi menerima Andini sebagai bagian dari keluarganya.
***
*Diresensi oleh Sam Edy Yuswanto, penulis lepas bermukim di Kebumen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar