*Resensi ini dimuat di koran
Kedaulatan Rakyat, 11 Oktober 2015
Judul Buku : Kafe Serabi
Penulis : Ade
Ubaidil
Penerbit : de TEENS
Cetakan : I, Agustus 2015
Tebal : 188 halaman
ISBN : 978-602-279-158-4
Cerita bertemakan
tentang cinta dan persahabatan memang tidak pernah basi, selalu menarik untuk
diangkat dan kembali dikisahkan. Sebagaimana novel berjudul “Kafe Serabi” ini
yang berkisah tentang cinta dan persahabatan sejati antara Anggun, Mila, dan
Anton. Ketiganya bertemu di sebuah kampus yang sama, mengalami nasib sama dan
akhirnya berkembang menjadi sahabat sejati.
Semua bermula
ketika acara Ospek tengah berlangsung. Sebagai teman satu kelompok, Anggun
merasa tidak terima ketika melihat Mila dan Anton disiksa oleh seniornya. Anggun,
yang memiliki tubuh bongsor, langsung datang membela dan menyelamatkan mereka.
Alih-alih, justru Anggun malah ikut-ikutan disiksa oleh seniornya (hal 14-15).
Dari ketiga sahabat
tersebut, hanya Anggun yang merasa dirinya kurang memiliki kepercayaan diri.
Hal itu disebabkan oleh fisik Anggun yang bongsor alias kelebihan berat badan
dan jauh dari kata ideal. Sehingga ia kerap dipanggil oleh teman-teman
kampusnya, bahkan oleh kedua sahabatnya, dengan panggilan ‘Ndut’ atau Gendut. Sebenarnya
Anggun tidak pernah mempersoalkan panggilan itu. Baginya, hal paling
menyebalkan adalah saat ia bertemu dengan Nia dan geng-nya yang selalu memusuhi
dan suka mencari masalah (hal 28-29).
Anggun baru
benar-benar merasa hidupnya dipenuhi kebahagiaan setelah bertemu Ken, cowok
tampan yang sebelumnya bermukim di Belanda. Keduanya bertemu di Kafe Serabi,
kafe spesial yang banyak diminati karena menyajikan menu khas Indonesia yang
unik; serabi dengan aneka rasa. Singkat cerita, Anggun dan Ken akhirnya menjadi
sepasang kekasih (hal 61-63).
Namun, baru
beberapa hari Anggun mencecap manisnya jatuh cinta, sebuah rahasia besar
terkuak. Ternyata, Ken adalah seorang gay. Konflik makin terasa pelik saat
Reza, sepupunya Anggun, adalah mantan kekasihnya Ken. Sementara itu, tanpa
Anggun sadari, ada seseorang yang sejak lama mengagumi dirinya, yaitu Anton.
Cerita dalam novel
ini cukup menarik, meski mudah ditebak alur ceritanya. Selain itu, penulis
perlu menguatkan karakter beberapa tokohnya agar novel ini lebih berkesan dan
mengena di hati pembaca.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar