Sabtu, Oktober 17, 2009

IBDA’ BINAFSIK!

Mulailah Segala Sesuatu dari Diri Sendiri Terlebih Dulu!


Mungkin kalimat itu yang paling tepat untuk memulai sesuatu yang baru. Perubahan baru. Suasana baru. Aktivitas baru. Dan segala hal yang baru-baru. Kadang, sebagai manusia, kita terlalu berharap sesuatu secara berlebihan dan kepingin mencapai pada tahap kesempurnaan. Padahal, jauh di dalam lubuk hati, kita sebenarnya tahu, bahwa kesempurnaan itu tidak akan pernah kita peroleh, karena yang namanya perfect fil hakikat itu hanya dimiliki oleh sang Maha Sempurna. Yang mesti dilakukan oleh kita hanyalah berusaha totalitas dalam beraktivitas, dan selalu berbaik sangka pada Sang Maha Sempurna dan juga kepada sesama manusia. Buruk sangka itu termasuk dosa. Sebaliknya, berbaik sangka termasuk ibadah yang bisa menghasilkan pahala, sekaligus membuahkan ketenangan dalam hati.
Selain itu, janganlah kita terlalu banyak menuntut ini-itu kepada orang lain, tanpa kita mau berusaha melakukan hal yang bisa menuju kepada perubahan-perubahan yang kita inginkan. Acapkali, kita menginginkan orang lain untuk mengubah dirinya agar lebih baik lagi, tapi terkadang kita sendiri statis, tak pernah mau introspeksi, tak mau memperbaiki diri. Seperti yang telah saya katakan di atas, ibda bi nafsik! Mulailah merubah segala sesuatu dari diri kita dulu. Mulailah dari hal-hal kecil dulu. Dari yang ringan-ringan dulu.
Kita juga mesti opitimis dalam menapaki terjal dan lika-likunya kehidupan ini. Bukan hal mudah memang untuk selalu menerapkan jiwa optimistis dalam hidup ini. Tapi, dengan tekad dan keyakinan yang kuat bahwa kita bisa menggapai apa yang menjadi cita-cita kita, selagi itu benar-benar hal positif yang diridhoi oleh Allah, maka saya sangat yakin, setiap orang akan memiliki energi plus dalam menyongsong masa depan yang lebih baik, dan harapan-harapannya insya Allah akan mendapatkan ijabah dari Sang Maha Pemberi Kenikmatan; Allah ‘Azza wa Jalla. Andrea Hirata bertutur realistis dalam novelnya ‘Sang Pemimpi’ bahwa: “Pesimistis tak lebih dari sikap takabur mendahului nasib.” Ya! Kalau direnungi lebih dalam, rasa pesimis yang sering menghantui kita memang termasuk sikap negatif, sikap takabur, terlalu sok tau dengan apa yang akan terjadi, padahal kita belum melakukan apa-apa.
Maju terus, pantang menyerah adalah sebuah sikap yang harus kita pupuk setiap saat. Jangan pernah merasa putus asa dengan setiap kegagalan yang ada. Karena, putus asa itu sama dengan mati. Wala taiasuu fi rahmatillaah! Janganlah kamu semua merasa terputus dari rahmatnya Allah. Yakinlah sahabat! Kegagalan bukan berarti kekalahan. Justru kegagalan merupakan prosedur yang wajib dilalui oleh setiap orang. Tanpa kegagalan, tak mungkin ada kesuksesan. Dan besar kecilnya kesuksesan seseorang, tentu tergantung dari totalitas usahanya. Sebagaimana pahala yang dijanjikan Allah, besar kecilnya pun menimbang-nimbang seberapa keras ibadah yang dijalankannya. Al-Ajru bihaitsu ta’ab. Wallohu A’lam Bishawab.
(Alhamdulillah, artikel ini telah dimuat di majalah Community, STAINU 2009)
***