Minggu, September 14, 2014

Menguak Rahasia Bisnis Nabi



Kisah perikehidupan Nabi Muhammad Saw. dari segi ketauhidan (teologi), kejujuran, kesederhanaan, toleransi, terlebih tentang ketaatan beribadah adalah sesuatu yang sudah sering dibahas oleh banyak orang. Akan tetapi, tidak fair rasanya jika kita hanya mengkaji keteladanan nabi dari beberapa aspek di atas.
            Bisa dikatakan sangat jarang, ceramah keagamaan yang membahas tentang sosok beliau yang selain memiliki akhlak mulia, juga ternyata adalah seorang pakar ekonom. Sebagai ekonom, uswah hasanah Nabi Muhammad juga sangat relevan dan harus dikaji, dieksplorasi, serta direlevansikan dalam konteks kekinian.
            Betapa tidak? Krisis ekonomi global (global economic crisis) yang tengah melanda dunia, karut-marutnya sistem perekonomian negeri ini, seharusnya membuka mata kita semua untuk menggali lebih dalam serta mencontoh keberhasilan peradaban ekonomi yang telah dibangun oleh Nabi Muhammad Saw. Keteladanan nabi dalam bidang ekonomi seharusnya menjadi rujukan serta landasan kebijakan ekonomi, baik dalam hal kebijakan fiskal maupun moneter, dan sejumlah persoalan ekonomi kontemporer dewasa ini.
            Ekonomi harus dibangun atas dasar asas trust (kepercayaan, kejujuran) yang menjadi value driven business (nilai berjalannya bisnis). Dasar inilah yang menjadikan Nabi Muhammad berhasil dan dikagumi oleh semua pedagang dan konsumen. Terkait hal ini, beliau pernah mengingatkan sekaligus memotivasi agar umatnya menjadi pedagang yang jujur, “pedagang yang beramanah dan dapat dipercaya itu akan bersama orang-orang yang mati syahid”.
            Dalam hal ekonomi mikro, yakni dalam sistem pasar, Nabi Muhammad telah mengeluarkan teori pasar dengan memberikan rambu-rambu untuk menjaga pasar agar tidak terdistorsi. Sebagaimana diketahui bersama, bahwa fungsi pasar adalah hal terpenting dalam kegiatan ekonomi. Sistem pasar yang baik harus berdasarkan pada prinsip keadilan.
Pasar menjadi adil jika telah bebas dari praktik monopoli dan persaingan usaha yang tidak sehat. Hal tersebut sebagaimana telah dijelaskan dalam sabda beliau, “Barang siapa melakukan monopoli, maka dia adalah pendosa. Barang siapa menimbun bahan makanan selama empat puluh malam, maka Allah akan berlepas darinya”.
Dalam ajaran ekonomi Islam, semua jenis transaksi dalam bisnis harus didasari prinsip-prinsip yang menjadi pijakan dan patokan. Prinsip dasar dalam bisnis Islam adalah prinsip ilahiyah (ketuhanan). Semua aktivitas termasuk bisnis yang dilakukan bukan hanya pada dimensi duniawi semata, yang berarti berkaitan dengan untung-rugi saja. Lebih dari itu, berbisnis dalam Islam adalah manifestasi dari kehambaan manusia kepada Tuhan melalui amal sosial, yakni berbisnis. Berbisnis merupakan aktivitas antarmanusia yang saling membutuhkan, sedang keuntungannya adalah efek dari saling membantu tersebut.
Selain itu, nabi juga mengajarkan sistem konsumsi yang egalitarian. Bahkan, anjuran konsumsi tidak hanya dibatasi pada kebutuhan pokok, namun juga mencakup kesenangan dan bahkan barang mewah, tentu dengan batasan-batasan yang halal, baik, dan tidak berlebih-lebihan. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi yang dilakukan tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tapi juga untuk berjalannya mekanisme dan gerak pasar.
Dalam mengatasi krisis ekonomi seperti saat ini, Nabi Muhammad sebagai kepala negara, jauh-jauh hari telah mencontohkan (pada saat beliau mengalami krisis ekonomi usai hijrah ke Madinah) dengan melakukan strategi jitu yang meliputi dua hal. Pertama, nabi langsung melakukan survei pasar sebagai upaya melihat kondisi riil perekonomian masyarakat dan menyiapkan tempat berusaha kaum muslimin yang berasal dari Mekah.
Kedua, beliau membantu membentuk perkongsian antara kaum Muhajirin dan Ansar di Madinah. Seperti diketahui bersama, bahwa kaum Ansar memiliki tenaga dan skill yang baik sekaligus pekerja keras. “Kaum Ansar menyediakan kebun mereka untuk diolah kaum Muhajirin, adapun hasil kebun itu berbagi di antara mereka”.
Apa yang pernah diteladankan nabi saat itu, memberikan sebuah kesimpulan bahwa sektor ekonomi merupakan sektor yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini dapat dipahami dari tindakan awal nabi sesampainya di Madinah. Menurutnya, kehidupan negara dan agama yang sedang dibawanya harus diletakkan di atas ekonomi yang baik dan mapan. Lebih dari itu, ekonomi merupakan bagian integral dari ajaran agama itu sendiri.
***

Judul Buku      : Bisnis ala Nabi
Penulis             : Mustafa Kamal Rokan, S.H.I., M.H.I.
Penerbit           : Bunyan
Cetakan           : I, November 2013
Tebal               : xxxiv + 258 halaman
ISBN               : 978-602-7888-67-8


*resensi ini tayang di Kompasiana, 14 Sept 2014: