Jumat, September 30, 2016

Belajar dari Masa Lalu*



*Tulisan ini pernah dimuat di koran Tribun Jogja, edisi Minggu 25 September 2016


Judul Buku      : Maple Terakhir
Penulis             : Aning Lacya
Penerbit           : Ping
Cetakan           : I, 2016
Tebal               : 188 halaman
ISBN               : 978-602-407-002-1

            Masa lalu yang kelam, sering membuat sebagian orang trauma saat kembali mengingatnya. Namun, jika kita mau merenungi lebih dalam, sebenarnya membenci masa lalu bukanlah pilihan terbaik. Sebab, di dalamnya terdapat pelajaran berharga yang dapat kita petik. Misalnya, kita jadi lebih berhati-hati melangkah agar kejadian tak mengenakkan di masa lalu jangan sampai terulang kembali.
            Sebagaimana kisah dalam novel ini yang bercerita tentang gadis bernama Camille. Ia akhirnya bisa berdamai dengan masa lalu, meski sebelumnya sangat membenci bahkan mengutuki masa lalunya yang terasa sepahit empedu. Lelaki yang menjadi kekasih hatinya ternyata seorang pecundang dan memilih pergi meninggalkan dirinya.
Bagi Camille, cinta bukan hanya soal perasaan, tapi juga kepercayaan. Sayangnya, ketika Camille terlanjur jatuh hati pada kekasih hatinya, tiba-tiba saja lelaki tersebut berubah menjadi sosok yang selalu berusaha mengendalikan hidupnya dan tak mau memercayainya. Lantas, bagaimana ia akan memercayai kata cinta dari lelaki itu ketika ia diperlakukan bak robot? (hal 11-12).
            Seminggu usai putus dengan kekasihnya, kedua orangtua Camille mengajak pindah ke Belgia, tepatnya di kota Brugge, salah satu kota tercantik di dunia. Camille pun melanjutkan kuliah di sana seraya berusaha sekuat tenaga melupakan masa lalunya yang kelam bersama mantan kekasihnya.
            Pertemuannya dengan Ken, lelaki penyuka fotografi yang mengaku berasal dari Antwerpen, perlahan membuka mata hati Camille. Waktu itu, ia tengah bersantai dengan mengendarai sepeda di jalanan yang di kanan kirinya ditumbuhi pepohonan maple. Di sanalah ia bertemu dengan Ken yang tengah asyik memotret matahari di sela-sela dedaunan maple (hal 23).
Pertemuan demi pertemuan antara Camille dan Ken, perlahan menimbulkan rasa suka di hati keduanya. Namun, ketika kata cinta belum sempat terucap di bibir mereka, tiba-tiba Joulien, mantan kekasih Ken datang dan memohon maaf atas segala kesalahan yang pernah dilakukannya. Tentu saja Ken merasa bimbang saat Joulien memohon ingin kembali merajut cinta dengannya, karena jauh di lubuk hati Ken memang masih menyayangi gadis cantik itu, sementara di sisi lain ia juga menyayangi Camille (hal 63).
Camille merasa sangat terpukul ketika pada akhirnya mengetahui bahwa Ken masih mencintai Joulien, gadis yang ternyata adalah sahabat karibnya tapi selama ini ia tak pernah bercerita pada Camille bahwa Ken adalah mantan kekasihnya. Novel ini meninggalkan pesan penting pada pembaca bahwa; “bukan seberapa pentingnya masa lalu, tapi seberapa jauh kita belajar darinya”.
***