Jumat, September 30, 2016

Jejak Masa Lalu yang Sulit Terhapuskan*





*Tulisan ini pernah dimuat di koran Radar Sampit edisi Minggu 25 September 2016
 
Judul Buku      : Anak-anak Masa Lalu
Penulis             : Damhuri Muhammad
Penerbit           : Marjin Kiri
Cetakan           : I, Juni 2015
Tebal               : viii +121 halaman
ISBN               : 978-979- 1260-46-6

            Setiap orang tentu memiliki masa lalu, baik masa lalu yang bersifat menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Sebab, roda kehidupan akan terus berputar dan mau tak mau, setiap makhluk hidup di muka bumi ini akan mengalami dua hal tersebut. Ada kalanya, manusia mengalami hal-hal menyenangkan yang membuat kehidupannya terasa penuh kebahagiaan.
Namun ada kalanya, manusia harus jatuh bangun berhadapan dengan hal-hal tidak menyenangkan yang membuat kehidupannya terpuruk dalam kesedihan dan air mata. Hal terpenting, meskipun jejak-jejak masa lalu terkadang sulit terhapuskan, tetapi jangan sampai menyebabkan kita menjadi terpuruk karena terlalu larut dalam arus masa lalu yang kelam. Seyogianya, kita dapat menyikapi masa lalu secara bijaksana. Jadikan masa lalu yang pahit sebagai “pengingat” agar kita senantiasa berhati-hati dalam menentukan langkah kehidupan.
            Buku berjudul “Anak-anak Masa Lalu” karya Damhuri Muhammad, alumnus Pascasarjana Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini berisi sekumpulan cerita pendek (cerpen) dengan tema yang cukup variatif. Cerpen berjudul “Reuni Dua Sejoli” misalnya, bertutur tentang kisah dua sejoli yang terjebak oleh masa lalunya yang dipenuhi hal-hal menyenangkan sekaligus hal-hal yang tidak menyenangkan.
            Dalam cerpen tersebut, dikisahkan dua sejoli yang sangat membenci dengan acara reuni yang kerap diadakan oleh teman-teman sekolahnya dulu. Bagi mereka berdua (yang dulu pernah menjadi sepasang kekasih tapi kemudian harus berpisah dan menemukan pasangan hidup sendiri-sendiri) pertemuan dengan teman-teman lama dalam setiap acara reuni hanya menyebabkan luka di hati semakin menganga. Sebab, hingga saat ini, mereka berdua, meski telah menikah dengan pasangan hidup masing-masing, tapi belum kunjung dikaruniai buah hati. Sementara teman-teman mereka saat reuni seolah tak pernah bosan menanyakan kapan dan kenapa belum juga mendapat momongan.
             Sejak saat itulah mereka benci setiap ada acara reuni. Tak hanya reuni, tetapi mereka jadi merasa enggan didatangi teman-teman lama yang ujung-ujungnya hanya ingin tahu kehidupan rumah tangganya yang tak kunjung dikaruniai buah hati. Begitu tersiar kabar perihal sejawat lama yang akan berkunjung ke kota, maka kedua sejoli itu akan mencari bermacam alibi guna menggagalkan pertemuan dengan teman-teman lama. “Untuk apa menyambut kedatangan itu, bila hanya membuat aku tampak semakin tak sempurna?” (hal 4).

Mematahkan Mitos
            Cerpen berjudul “Dua Rahasia, Dua Kematian” sangat menarik untuk direnungi. Dalam cerpen tersebut, penulis berusaha mematahkan mitos yang beredar selama ini, tentang pantangan adik melangkahi kakaknya dalam hal pernikahan. Intinya, bila sang kakak belum menikah, maka sang adik dilarang melakukan pernikahan meskipun ia sudah mampu membina mahligai rumah tangga.
            Dalam cerpen tersebut dikisahkan, Angga, sejak kecil adalah lelaki penurut dan tak pernah merepotkan orangtuanya. Bahkan, ketika selepas SMA, ia lebih memilih tak melanjutkan kuliah karena tak mau merepotkan orangtua. Angga kemudian memilih menekuni kursus menjahit. Ia berharap dapat mewarisi kepiawaian ayah dalam menjahit pakaian. Jadi ceritanya, ayah Angga adalah salah satu penjahit andalan yang bekerja di sebuah usaha penjahitan jas ternama di kota.
Ketekunan dan ketelatenan Angga menjadi tukang jahit akhirnya menuai keberhasilan. Pada akhirnya ia berhasil menjadi orang sukses. Dan pada saat bersamaan, ia dipertemukan dengan Anggita, gadis yang berprofesi sebagai guru Bahaga Inggris yang kemudian menjadi kekasih hatinya. Sayang, ketika Angga memohon restu ibu ingin mempersunting Anggita, sang ibu melarangnya. Alasannya, karena Diani, kakak Angga belum menikah dan memang belum berkeinginan untuk menikah dalam waktu dekat. Menurut keyakinan ibu, jika sampai Angga nekat melangkahi kakaknya, maka kelak sang kakak akan sulit menemukan jodohnya. Hingga akhirnya, sebuah tragedi membuat ibu menyesal seumur hidup atas kesalahan yang pernah diyakininya selama ini (hal 40-47).    
            Masih banyak cerpen menarik lainnya yang dapat dibaca dalam buku ini. misalnya cerpen “Luka Kecil di Jari Kelingking” berkisah tentang penantian seorang ibu, menunggu kepulangan anaknya setelah sekian lama merantau dan tak kunjung ada kabar beritanya, cerpen “Banun” berkisah tentang seorang perempuan malang bernama Banun yang difitnah secara keji oleh seorang lelaki yang telanjur sakit hati padanya, cerpen “Anak-anak Masa Lalu” berkisah tentang anak-anak yang menjadi korban pembangunan jembatan, dan lain sebagainya.
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar