Rabu, Mei 20, 2015

Kekuatan Cinta Mampu Mengalahkan Berbagai Rintangan



 

Judul Buku   : ToBa Dreams
Penulis        : TB Silalahi
Penerbit       : Exchange
Cetakan       : I, April 2015
Tebal           : 260 halaman
ISBN           : 978-602-72024-6-7

          Tuhan telah menganugerahkan rasa cinta ke dalam hati sanubari setiap manusia. Cinta merupakan bekal utama bagi setiap manusia agar dapat mengarungi kehidupan ini dengan penuh harmoni yang pada muaranya nanti akan tercipta perasaan saling menyayangi dan mengasihi terhadap sesama, bahkan terhadap makhluk hidup lainnya.
          Dengan cinta, manusia dapat melakukan banyak kebaikan atau hal-hal positif. Kekuatan cinta memang begitu dahsyat, bahkan mampu mengalahkan berbagai ujian yang tiada henti datang mengadang. Seperti kisah cinta dalam novel ‘ToBa Dreams’ yang ditulis oleh Purnawirawan Jendral ini. Cinta yang dirasakan Andini terhadap Ronggur mampu mengalahkan berbagai rintangan terjal yang datang silih berganti.
          Atas nama cinta, Andini yang sejak kecil hidup dalam keluarga muslim, rela menanggalkan agamanya. Ia memilih berpindah keyakinan demi pria pujaan hatinya. Ia bahkan rela diusir oleh keluarganya dan kemudian menikah dengan Ronggur di salah satu gereja di tanah kelahiran keluarga Ronggur.
          Semua bermula ketika Sersan Tebe, ayah Ronggur, bercita-cita setelah pensiun dari TNI akan segera pulang ke Tarabunga, tanah kelahirannya yang berada di tepian Danau Toba. Dengan mengandalkan uang pensiunan yang tak seberapa, ia ingin bermukim, berbaur dengan masyarakat menjadi petani, sekaligus mengabdikan dirinya hingga akhir hayat di tanah kelahiran. Ia berharap ketiga anaknya (Ronggur, Sumurung, dan Taruli) sebagaimana dirinya, ikut mencintai tanah kelahiran dengan segala tantangan yang sudah pasti akan dihadapinya. Sersan Tebe yakin, jika Danau Toba diurus oleh orang-orang yang memberikan hatinya, niscaya tempat itu akan menjadi tujuan wisata yang terkenal hingga ke mancanegara (hal 16).
Sebagai anak sulung, Ronggur digadang-gadang dapat mewarisi ayahnya menjadi tentara. Atau bila tidak, ayahnya ingin Ronggur kelak menjadi pendeta seperti sang kakek. Tapi sayang seribu sayang, Ronggur merasa tak mewarisi bakat ayah dan kakeknya. Ia lebih menyukai dunia bisnis. Dan, rencana Ronggur menekuni dunia bisnis bersama teman-temannya gagal berantakan saat ayah memutuskan akan pulang dan mengabdi di tanah kelahirannya. Tak hanya Ronggur, kedua adiknya, Sumurung dan Taruli sebenarnya juga merasa enggan pulang ke kampung halaman yang terpencil, terlebih selama ini mereka telah terbiasa hidup di kota besar seperti Jakarta. Namun, kedua adiknya tak ada yang berani protes seperti dirinya yang suka membangkang orangtua (hal 31-35).        
          Akhirnya dengan berat hati, Ronggur pun memilih ikut pulang ke kampung halaman orangtuanya. Itu semua dilakukan demi Kristin, ibu kandungnya yang terus membujuk dirinya agar sekali-sekali menuruti kemauan sekaligus membahagiakan orangtua. Meski kerap menentang ayah, tapi sebenarnya jauh di dasar lubuk hati Ronggur merasa bangga pada sosok ayah yang memiliki hati lurus, tulus, jujur, anti korupsi, dan menjadi panutan anak buahnya.
          Pulang ke kampung halaman benar-benar menjadi mimpi buruk bagi Ronggur. Selain harus berpisah dengan teman-teman dekatnya, ia juga harus berpisah dengan Andini, gadis yang sangat ia cintai. Hubungan asmara yang telah terjalin selama 6 tahun dengan putri tunggal dari keluarga ningrat itu pun semakin tak ada kepastian. Terlebih, sedari awal ayah Andini menentang keras hubungan percintaan putrinya dengan Ronggur, yang tak selevel dengan keluarga Andini yang kaya-raya. Ayah Andini justru menaruh harapan besar pada Irwan, yang sama-sama berasal dari keturunan ningrat, untuk menjadi pendamping hidup Andini. Sebenarnya, Irwan adalah sahabat SMP-nya Ronggur yang telah lama memendam rasa suka pada Andini. Tapi, ketika Ronggur akhirnya jadian dengan Andini, diam-diam Irwan menjauh dan menganggap Ronggur sebagai musuhnya.
          Merasa tak betah tinggal di kampung halaman yang sepi, akhirnya Ronggur kabur dari rumah dan kembali ke Jakarta. Ia ingin mencari pekerjaan apa saja, asalkan bukan menjadi tentara atau pendeta sebagaimana keinginan ayah. Selain itu, ia juga ingin melunaskan janjinya bertemu kembali dengan Andini untuk memperjuangkan cinta mereka. Dan, betapa Ronggur sangat kecewa saat tiba di rumah Andini, ia melihat gadis yang dicintainya tengah bersama Irwan, anak pejabat bea cukai yang belum lama ini baru pulang dari Amerika setelah menyelesaikan kuliahnya (hal 93).
          Rupanya, tanpa Ronggur sadari, saat ia berada di kampung halaman selama 7 bulan, Irwan menggunakan kesempatan itu untuk mendekati Andini dan keluarganya. Kendati sempat terjadi kesalahpahaman, namun akhirnya kisah cinta Andini dan Ronggur kembali bersatu. Berbagai upaya dilakukan Ronggur untuk mendapatkan Andini. Bahkan ia sampai nekat terjun ke dunia hitam, bergabung dengan komplotannya Bonsu, gembong narkoba tingkat internasional. Ia terpaksa menerima tawaran Bonsu untuk bergabung bersama komplotannya setelah ayah Andini menghina dirinya habis-habisan.
Begitu juga Andini, ia pun sampai rela melepas status keislamannya demi bisa menikah bersama Ronggur. Andini bersedia pindah agama setelah Ronggur berjanji akan membimbingnya menjadi hamba yang taat beragama sesuai dengan keyakinan Ronggur dan keluarganya yang beragama Kristen.
Namun sayang, setelah menikah dan dikaruniai anak bernama Choky, kebiasaan buruk Ronggur masih belum berubah. Ia tak mampu membimbing Andini dan putranya menjadi penganut agama yang baik. Sementara di sisi lain, ia masih belum sepenuhnya dapat terlepas dari jaringan Bonsu dan komplotannya. Hingga akhirnya Andini bersama Choky memilih pergi dari rumah dan kembali memeluk agama yang pernah ditinggalkannya. Andini terpaksa memberi jeda kepada Ronggur untuk memperbaiki kelakuannya sebelum memutuskan kembali hidup bersamanya. Seiring berjalannya sang waktu, Andini dan Choky mulai dapat diterima kembali oleh keluarga yang dulu pernah mengusirnya.
Sederet konflik masih terus mengiringi kisah cinta Ronggur dan Andini. Misalnya, ketika Ronggur tak kuasa menolak permintaan Bonsu untuk menghabisi Jaksa Adil Paramarto yang terkenal jujur dan adil dalam menegakkan hukum, ketika akhirnya ia menjadi buronan polisi setelah menghabisi teman-teman komplotannya sendiri, dan masih banyak konflik lain yang semakin membuat novel ini terasa menegangkan dan memikat.
Novel yang diterbitkan oleh penerbit Exchange dan telah diangkat ke layar lebar ini cukup menarik dan sarat hikmah. Hikmah yang dapat kita petik di antaranya; pertama, sebagai orangtua yang bijak, jangan sampai memaksakan kehendak pada anak-anaknya karena setiap anak tentu memiliki cita-cita yang tak harus sama dengan orangtuanya. Kedua, betapa negeri ini sangat kaya dengan tempat-tempat wisata yang elok dan seharusnya dilestarikan bersama. Danau Toba misalnya. Sersan Tebe, dalam novel ini, mengajak masyarakat di daerahnya agar senantiasa peduli terhadap lingkungan, termasuk tidak mencemari kejernihan Danau Toba dengan berbagai jenis sampah yang dibuang sembarangan.
Ketiga, kekayaan bukanlah jaminan kebahagiaan. Terlebih jika kekayaan itu diperoleh melalui jalan yang dimurkai Tuhan sebagaimana yang dilakukan Ronggur. Meski ia memperoleh harta berlimpah dari berbisnis narkoba, namun jiwanya tak pernah merasa tenang, selalu dihantui perasaan berdosa, terlebih saat menyaksikan seseorang meregang nyawa akibat over dosis. Keempat, jangan sampai kita menggadaikan agama hanya demi seseorang yang kita cintai. Terlebih jika kita sampai berpindah agama tapi bukan karena panggilan jiwa, melainkan keterpaksaan. Sebagaimana kita ketahui bersama, sesuatu yang dilakukan atas dasar keterpaksaan, pasti akan menuai banyak konflik di kemudian hari, sebagaimana yang dialami Ronggur dan Andini. Betapa sangat kecewanya Ronggur ketika melihat Andini dan putra semata wayangnya yang masih kecil pada akhirnya lebih memilih agama Islam sebagai pegangan hidup.  
Dan kelima, betapa dunia ini akan terasa indah dan penuh warna jika kita mampu menghargai dan menghormati setiap perbedaan. Sebagaimana dicontohkan oleh Sersan Tebe dan keluarganya. Ketika menyaksikan Andini, menantunya, kembali pada keyakinannya yang lama (masuk Islam), mereka berusaha menghormati keputusan itu dan masih sudi menerima Andini sebagai bagian dari keluarganya. 
***
*Diresensi oleh Sam Edy Yuswanto, penulis lepas bermukim di Kebumen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar